Pada Pilpres 2024 mendatang, terjadi perubahan yang cukup mengejutkan dalam sistem debat calon wakil presiden (cawapres). Dalam keputusan yang mengejutkan banyak pihak, debat cawapres Pilpres 2024 akan ditiadakan. Keputusan ini menuai berbagai reaksi dan kontroversi di kalangan masyarakat.
Alasan di balik penghapusan debat cawapres ini didasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertama, terdapat anggapan bahwa debat cawapres sering kali tidak memberikan kontribusi yang signifikan dalam membentuk pendapat publik. Debat sering kali hanya menjadi ajang saling serang tanpa memberikan informasi yang memadai kepada pemilih.
Kedua, ditiadakannya debat cawapres bukan berarti tidak ada kesempatan bagi calon wakil presiden untuk berbicara dan menyampaikan visi-misi mereka. Calon wakil presiden tetap akan diberikan kesempatan dalam forum-forum diskusi publik, wawancara media, dan kampanye langsung untuk memberikan penjelasan dan komunikasi kepada masyarakat.
Namun, keputusan ini juga menuai banyak kritik. Beberapa pihak menyebut bahwa debat cawapres merupakan wadah penting bagi pemilih untuk memahami dan membandingkan calon wakil presiden dari segi kompetensi dan pemikiran mereka. Argumen ini menunjukkan bahwa debat cawapres tidak harus ditiadakan, tetapi mungkin perlu diperbaiki agar menjadi lebih substansial dan bermanfaat.
Tak bisa dipungkiri bahwa debat menjadi salah satu elemen vital dalam proses pemilihan presiden. Melalui debat, pemilih memiliki kesempatan untuk melihat dan mengevaluasi calon secara langsung, serta mendapatkan informasi yang mendasar untuk memilih para pemimpin yang terbaik bagi negara.
Kini, pertanyaan yang muncul adalah apa pengaruh dari penghapusan debat cawapres ini terhadap tingkat partisipasi dan pilihan pemilih dalam Pilpres 2024. Apakah penghapusan debat cawapres ini akan berdampak pada pemahaman dan pengetahuan pemilih tentang calon wakil presiden? Sudah barang tentu pengaruhnya ada teritama dalam peningkatan elektabilitas para Paslon.
Namun, jika debat cawapres benar-benar dihilangkan, penting untuk mencari alternatif lain yang dapat memberikan kesempatan bagi pemilih untuk memahami calon wakil presiden secara lebih mendalam. Salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan adalah melibatkan universitas, media, dan lembaga independen dalam mengadakan debat dan diskusi publik melibatkan calon wakil presiden.
Jika ada cawapres yang tidak datang untuk berdebat, maka publik akan semakin yakin dengan ketidakmampuan konseptualnya, integritasnya, kemampuan problem solver dan miskin ide serta gagasan. Siapakah cawapres itu, mungkin kita semua sudah tau. Gak perlu saya tuliskan disini.
Dengan adanya partisipasi aktif dari lembaga-lembaga yang kompeten dan independen dalam mengadakan debat dan diskusi publik, diharapkan pemilih akan tetap dapat memperoleh informasi dan wawasan yang diperlukan untuk membuat keputusan yang mendukung demokrasi yang lebih baik.
Penulis adalah : S Hondro
Ketua PMN (Persatuan Media Nasional)