PEKANBARU (riauoke.com)-Ternyata cara kita berkomunikasi dan menerima pesan dari orang lain, sangat dipengaruhi oleh mesin kecerdasan masing-masing kita. Maka tidak sama cara memberi instruksi kepada mereka dengan kepribadiaan feeling atau sensing.
Inilah salah satu ilmu yang diajarkan Bunda Helda dan Ma’’am Lexie dari Yayasan The Real Heal dalam mini seminar yang digelar di Perpustakaan Soeman Hs, Ahad (28/01/2024).
Mini seminar yang mengambil tema Memahamiku, Memahamimu; Membesarkan dan Mendidik Anak Bahagia, Sehat dan Gemilang ini, diikuti sedikitnya 70 peserta dari kalangan ibu rumah tangga, calon ayah dan ibu, para guru dan mahasiswa. Semua tampak antusias mengikuti acara dari awal hingga akhir.
Pada sesi pertama Bunda Helda, SPd, C. Ht seorang praktisi hipnoterapi menceritakan pentingnya mengenal dan mencintai diri sendiri. Ia sendiri dapat dikatakan sebagai penyintas dari beratnya beban hidup, dalamnya rasa putus asa dan perasaan tidak berharga. Namun berkat terapi yang benar, ia bangkit dan berani tampil.
“Saya yang awalnya tidak berani tampil di depan umum, lebih banyak mengurung diri, hari ini adalah kali pertama saya tampil di depan ayah bunda semua untuk membagikan pengalaman pribadi saya bangkit dari itu semua,” kata Bunda Helda.
Di sesi kedua, Ma’’am Lexie tampil menerangkan tentang pentingnya tes STIFIn bagi setiap individu dan pasangan serta anak-anak agar lebih memahami karakter dan cara berkomunikasi yang lebih efisien.
STIFIn adalah cara untuk mengidentifikasi mesin kecerdasan manusia berdasarkan sistem operasi otak yang dominan dan dapat diketahui dengan memindai sidik jari.
Dengan mengetahui mesin kecerdasan seseorang, entah itu diri sendiri, pasangan ataupun anak-anak, maka kita akan dapat berkomunikasi dengan lebih efisien. Pesan yang ingin disampaikan pun lebih besar kemungkinan untuk dimengerti oleh lawan bicara.
Persoalan komunikasi ini seringkali menjadi persoalan dalam rumah tangga, baik antara sesama pasangan ataupun antara orangtua dengan anak. Pasalnya, setiap individu memiliki mesin kecerdasan yang berbeda.
Hal yang samapun terjadi di sekolah. Guru yang tidak memahami mesin kecerdasan seorang murid, maka akan kesulitan menghadapi mereka.
Hal itu dialami dr Era Ibrahim yang sengaja datang dari Pelalawan demi untuk mengikuti seminar ini. Dengan anak berkebutuhan khusus, dr Era merasa perlu untuk melakukan tes STIFIn kepada anaknya agar dapat mengetahui mesin kecerdasannya.
“Setelah diketahui, maka gurunya di TK memberikan perlakuan khusus terhadap dia agar dapat menerima pelajaran,” kata dr Era.
Hebatnya, ketika anak dr Era masuk SD, sang guru ikut pindah mengajar ke SD agar bisa melanjutkan pendidikan sang murid.
Dikatakan Ma’’am Lexie, mengingat pentingnya tes STIFIn ini, The Real Heal siap berkolaborasi dengan dunia pendidikan untuk memberikan tes STIFIn bagi para guru ataupun murid agar lebih mengenal mesin kecerdasan masing-masing.***(yan)