Riau harus maju dan mampu mensejahterakan masyarakatnya. Semua potensi Riau punya hanya satu yang belum dimiliki PEMIMPIN YANG AMANAH, yang tidak korupsi, yang peduli dengan rakyat dan komit untuk mewujudkan mimpi masyarakat menjadi RIAU Pusat Kebudayaan dan Peradapan Melayu di Asia Tenggara.
FENOMENA DUNIA - Globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi dan transportasi telah menjadikan bangsa ini negara tanpa batas. Konsekwensi yang muncul, persaingan sengit dengan gaya baru, dengan mempertaruhkan kapital dan sumber daya manusia bukan lagi hal yang aneh di era ini. Dalam kondisi ini Riau membutuhkan pemimpin visioner yang muda, yang mampu menyahuti tantangan baru abad globalisasi. Tantangan telah berubah, pemimpin visioner lama hanya pas untuk zamannya. Millenium ini menuntut pemimpin visioner baru yang mampu manantang zaman dan mempunyai kemampuan tinggi dalam persaingan era kedepan, jaringannya luas, memiliki visi masa depan, sederhana dalam keseharian, mengerti akar budaya bangsanya agar tidak hanyut dalam gemerlap budaya dunia yang telanjang dan bebas nilai.
Kalau kita amati bangsa kita saat ini sedang mengalami proses transpormasi sosial dari sistem kekuasaan dan sistem budaya yang sentralistik dan otoritarian, menuju masyarakat sipil, yang menuntut adanya check and balance antara pemerintah dan komponen masyarakat. Proses check and balance akan berlangsung secara harmonis, apabila bangsa ini dipimpin oleh visioner muda yang mengkedepankan kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi dan golongan.
Fenomena Jokowi dan Ahok adalah bukti bagaimana kekuatan informasi dan publikasi menjadi kunci, kalau jujur banyak pemimpin didaerah yang hebat, jujur, berani dan tidak korupsi. Tapi sayangnya mereka tidak memiliki akses informasi dan tidak bisa menggunakan kekuatan publikasi dan media sosial. Sehingga mereka tidak bisa menjadi model dan inspirasi bagi bangsa ini.
Kehadiran UU No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan UU No. 25 1999 tentang perimbangan keuangan pemerintahan pusat dengan pemerintah daerah hendaknya bukan hanya dipandang sebagai sebuah harapan tapi juga harus diposisikan sebagai sebuah harapan tapi juga harus diposisikan sebagai sebuah tantangan. Keberadaan UU ini menuntut kesiapan sumber daya manusia untuk mampu menyautinya kondisi ini menuntut lahirnya pemimpin-pemimpin muda yang mampu menjadi tenaga pendorong kemajuan masyarakat daerah memobilisasi sumber-sumber potensi bangsa, demi kejayaan indonesia baru yang demokratis, berkeadilan dan berkesejahteraan.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini, telah terjadi peningkatan partisipasi kaum muda dalam berbagai aspek dan bidang pembangunan. Yang dapat dijadikan indikator, diantaranya: peningkatan jumlah pemuda terdidik dominasi kepemimpinan dibidang ekonomi dan politik dan lain-lain. Tapi masih tersisa sebuah pertanyaan, apakah kaum muda telah menyiapkan diri untuk menghadapi cabaran masa depan yang tentunya pradigmanya akan berbeda jauh dengan abad 20 karena kita sudah berada diera milinium era abad �21.
Kekhawatiran yang cukup beralasan. Diera ini, aura-aura kebebasan begitu menonjol. Ada sedikit kerisauan melihat fenomena yang terpampang saat ini, dimana reformasi yang diharapkan mampu memperbaiki wajah bangsa yang bopeng dan kudisan ini malah berbalik akan menyeret bangsa besar ini menuju jurang kehancuran. Korupsi dimana-mana dan orang tidak malu jika menyandang prediket itu. Yang penting kaya dan punya kuasa caranya salah dan melanggar agama tidak masalah.
Mencermati kondisi bangsa yang sedang tercabik dan retan perpecahan, diantara eksprimen dan rekayasa dan saling mencari dukungan diantara elit politik serta diperparah dengan sikap, tindakan dan perkataan para pemimpin bangsa baik di Pusat sampai Kabupaten yang sering memprovokasi tanpa mempertimbangkan kepentingan bangsa yang lebih besar. Bangsa ini butuh pemimpin baru yang sopan dalam tindakan, jujur dalam perbuatan dan memiliki visi kedepan semua itu tercermin dari cara hidupnya dan kehidupan beragamanya.
Saatnya anak bangsa tampil memberi warna, bukan jadi pengekor, bukan jadi penakut dan kecut dengan ancaman jika berbeda tidak mempunyai masa depan. Ini adalah sebuah celah untuk ditampilkannya seorang pemimpin visioner yang mampu membawa kembali bangsa ini menuju cita-cita awal proklamasi.
�
(Pokok-pokok pikiran Azizon Nurza Tokoh Muda Melayu Riau)
(Azizon Nurza, S.Pi, MM - Tokoh Muda Melayu Riau dan aktivis mahasiswa 1998, sudah malang melintang diberbagai perusahaan multinasional, aktif menjadi pengajar dibeberapa perguruan tinggi dan sudah melahirkan 10 buku)